Menjelekkan Orang Lain
Pernah melaknat/nyumpahin/doain orang kejelekan? Mulai sekarang berhenti ya, karena bisa jadi kamu ngalamin apa yang mereka alamin di kemudian hari sebelum ajal menjemput. Itu adalah balasan dari pada kamu mencela kemaksiatannya, lalu bagaimana nasib kamu jika kamu mencela hal yang luput darinya? Bahkan bisa jadi sampai fitnah. Naudzubillahi mindzalik.
Hasan Al Basri berkata,
“Para sahabat dan tabi’in memiliki konsep, barang siapa yang mencela saudaranya, karena dosa-dosanya, sedangkan saudaranya itu sudah bertaubat kepada Allah, maka si pencela tidak akan meninggal dunia kecuali dia akan mengalami dosa saudaranya tersebut.”
Juga sama seperti hadist dari Dari Mu’adz bin Jabal, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang menjelek-jelekkan saudaranya karena suatu dosa, maka ia tidak akan mati kecuali mengamalkan dosa tersebut.” [HR. Tirmidzi]
Ta’yir (menjelek-jelekkan) yang disebutkan dalam hadits berbeda dengan mengingkari kemungkaran. Karena menjelek-jelekkan mengandung kesombongan (meremehkan orang lain) dan merasa diri telah bersih dari dosa. Sedangkan mengingkari kemungkaran dilakukan Lillahi Ta’ala, ikhlas karena Allah, bukan karena kesombongan.
Bedakan antara menasihati dengan menjelek-jelekkan. Menasihat berarti ingin orang lain jadi baik. Namun menjelek-jelekkan ada unsur kesombongan, menjatuhkan martabat dan merasa diri lebih baik dari orang lain.
Jangan sombong, sampai merasa bersih dari dosa atau tidak akan terjerumus pada dosa yang di lakukan saudaranya. Padahal siapa yang bisa menjamin diri lebih baik dari yang lain hingga ajal menjemput?
Wallahu’alam bisawab.
Sumber: @byldf_
Foto: anonym
Hijaber Najah:
WA 0857-6533-0110
Hasan Al Basri berkata,
“Para sahabat dan tabi’in memiliki konsep, barang siapa yang mencela saudaranya, karena dosa-dosanya, sedangkan saudaranya itu sudah bertaubat kepada Allah, maka si pencela tidak akan meninggal dunia kecuali dia akan mengalami dosa saudaranya tersebut.”
Juga sama seperti hadist dari Dari Mu’adz bin Jabal, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang menjelek-jelekkan saudaranya karena suatu dosa, maka ia tidak akan mati kecuali mengamalkan dosa tersebut.” [HR. Tirmidzi]
Ta’yir (menjelek-jelekkan) yang disebutkan dalam hadits berbeda dengan mengingkari kemungkaran. Karena menjelek-jelekkan mengandung kesombongan (meremehkan orang lain) dan merasa diri telah bersih dari dosa. Sedangkan mengingkari kemungkaran dilakukan Lillahi Ta’ala, ikhlas karena Allah, bukan karena kesombongan.
Bedakan antara menasihati dengan menjelek-jelekkan. Menasihat berarti ingin orang lain jadi baik. Namun menjelek-jelekkan ada unsur kesombongan, menjatuhkan martabat dan merasa diri lebih baik dari orang lain.
Jangan sombong, sampai merasa bersih dari dosa atau tidak akan terjerumus pada dosa yang di lakukan saudaranya. Padahal siapa yang bisa menjamin diri lebih baik dari yang lain hingga ajal menjemput?
Wallahu’alam bisawab.
Sumber: @byldf_
Foto: anonym
Hijaber Najah:
WA 0857-6533-0110
Komentar
Posting Komentar